kRDzP0OaPw3YJ1AeDpsLRfwSwcE
Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Cinta Yang Hilang

coment

Bagi dunk...Jempol nya...:)

Oleh Karya. Rey Seniman Langit.

My Photo
Suara Nurani
Tenanglah, sesosok jelma bak embun yang kau urai, adalah Do'a pengiring bahagiamu, sesosok jelma bak lukisan yang kau lihat, adalah serpihan nada sayangmu, Sesosok jelma bingkai sempurna, adalah rindu semirip harapan. biasnya, karena kau panggil dengan kangen, tersambut sapamu dalam kunjungan do'a tijauannya, Berjalanlah, pada apa yang ditentukan, karena Tuhan sudah sempurna membuatmu senyaman mungkin. By. Rey Seniman Langit
View my complete profile

Followers

Alamat canggih untuk membentuk anda menjadi seorang pemimpin

https://www.alertpay.com/?RHafIWOsNDW82XAI2cahBQ%3d%3d

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H

  • Saturday, August 18, 2012
  • Suara Nurani
  • Labels: ,

  • Nuasa Cinta Di Bulan Suci
    oleh.Rey Seniman Langit

    Senja sebentar lagi menutup indahnya,
    Gema Takbir akan berkumandang di seluruh Pelosok Negeri.

    Telah kutangkap
    Doa tersampai di taman hati ini
    Membasuhku dalam ungkap
    Menyelimutiku untuk sebuah jalan terlewat

    Embun telah tertitip
    Ku-rawat baik di setiap ia berkiprah

    Setiba hujan terlintas
    Menggiring kabut menutupi jalanku
    Dan
    Setiba doa terlintas
    Melibas cepat melumpuhkan kabut hitam dan pekat


    Pintu kembali terbuka,
    Dimana Hijab tak terlihat sama sekali.

    Hanya tinggal bayang
    Menjadi teman dikesetiaan hidup
    Seperti doa pengantin
    Ketika sepinya sedang bergelayut lirih

    Selimut rindu hangatkan hati
    Akankah esok Ramadhan akan kembali,
    Kukecup lagi bersama Cinta,
    Terpeluk lagi dengan rasa hadirNya.

    Dan kini
    Ramadhan Telah menutup harinya,
    Disekian Abad yang sudah terlewat,
    Bulan ini,
    Bulan dimana ku pinta segala berkah,
    Atas segala Rahim-Mu
    Atas segala Rahmat-Mu.



    Tuhan pernah mempertemukan kita, 
    lalu pertemuan itu 
    ada pernah satu hati yang mengganjal.

    Tuhan pernah mempertemukan kita, 
    lalu pertemuan itu ada pernah satu hati yang menjadikan satu kesalahan dosa.



    Tuhan pernah mempertemukan kita, lalu pertemuan itu tertibalah canda, tawa, suka, atau marah antara kita.

    Dalam Fitrah umat manusia seutuhnya, tentunya Aku, kamu, dan juga kita, atau kami, ataupun juga mereka, tak akan pernah terlepas dari satu dosa sekecil apapun dalam satu langkah ketika kita bersama saling merangkul, saling menghormati, saling memeluk, saling silih asa dan silih asuh dalam kitab perjalanan madah saat kita bergandengan tangan.

    Tuhan pernah mempertemukan kita, saat kita tak tau bahwasanya akan ada saja terselip dosa yang membuatmu marah, membuatmu benci, membuatmu pergi, ataupun membuatmu kesal hingga tergores satu titik tentangku yang tak bisa termaaf olehmu.

    Lebaran sebentar lagi, penutup pembersihan jiwa di bulan SUCI RAMADHAN hingga kita kembali fitrah untuk saling, saling memaafkan, saling memeluk, saling mendo'akan, dan saling berbagi kasih dan sayang atas apa yang namanya lalai atau keteledoran baik yang tidak disengaja ataupun disengaja jua.


    Yaa Robbi,
    Nuasa Cinta Di Bulan Suci,
    Merahmatiku dari segala upaya,
    Menyelami diatas kerikil Dosa,
    Bertender Di Bumi
    Bersanding di peluhnya,
    Mengulas wajah permintaan maaf,
    Merinai esok hari yang baru.

    Maafkan Aku Yaa Robbi,
    Dimana Maaf-Mu selalu terbuka sepanjang Alam Semesta ini.

    Dan Maafkan aku wahai Akhwat Duhai Ikhwan,
    Semoga sepanjang bibir kita menyebut baik,
    Kita akan saling mengisi dan saling menerima.

    Taqobalallahu Minnaa wa Minkum
    Minal Aidin Wal Faizin,
    MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN.

    Senja sebentar lagi menutup indahnya,
    Gema Takbir akan berkumandang di seluruh Pelosok Negeri.

    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H

    ;Al-Kisah Mata Senja
    Rey Seniman Langit

    TINTA EMAS

  • Friday, August 17, 2012
  • Suara Nurani
  • Labels: , ,

  • Menaswir Do’a
    Oleh.Rey Seniman Langit

    Aku mengerti sebuah tanzil,
    menepi sesosok umi,
    membentangkan sumbu dengan tansi yang semakin panjang.
    bimbangku,
    hanya sebatas asmara kata terlapis kertas,
    menghitungnya dengan tharikh,
    menjamahnya seperti jambul tarbus dipesisir turki.

    Disaat uraian menaswir Do'a disebilah hati.
    berharaf,
    kisinya seperti zamrud disemesta raya.

    Bertekuk lipat lalu mengkeluk seperti teka yang meneki tekur,
    lugna terbayang,
    meneladani telaga diharapan saujana.

    Takut telungkup,
    merembas data dipijakan rumput,
    tak sanggup bagai ilalang,
    tertebas dipadang,
    terlanjur meninggi.

    Landai menangkup ditingginya gelombang,
    arah mengklasik,
    mencipta terwujud
    tonggak mesra dilautan sapa.

    Tiada yang indah,
    selain mata hati berkata.
    seperti engkau,
    mengungkap nikmat pesisir pantai.

    Dan kudengar, semerdu irama biarpun samar
    hanya segumpal awan terkurung ketat didalam sangkar.

    Oleh.Rey Seniman Langit



    ‎~Sekelebat Istana~
    Oleh.Rey Seniman Langit

    Ligat legit bertaut kukus daun bernipah, 
    sangai memanas diri,
    tercerna sendiri, 
    bersenandung ujar dengan sinarnya.

    Aduhai pembawa sanak,
    sesosok cerita terjelma bagaikan penyuluh,
    melampaui nikmatnya lelakon,
    sanggapun menyari melipat benang menggelung nyata.

    Fikirku melipat sang tanya, 
    pada bujur sangkar teramat bening.

    Tatkala tepung menjadi bumbu untuk tersaji,
    sang irama unsur akan ikut bercampur menghiasi.








    Parodi Jiwa
    Oleh.Rey Seniman Langit


    Di balik syahdu alibi bersaksi.
    sakura memanjang, 
    irama terpisah sealur jembatan.

    Garispun terpenggal,
    sambar sambun samar serunai,
    canggung sambung cemeti berturut.
    nirwana tertidur dibawah lamunan.


    Ada yang tertinggal,
    sekelebat istana yang tak disangka, 
    tertiba menjelma sebuah intan,
    dihamparan pesisir itu,
    menamsil jeruji juru,
    memilahnya parodi jiwa,
    tertanam sebuah musim,
    menanda tari jemari lincah,
    membuncah dan menari,
    menampung sampai titik akhir.

    Untukmu,
    Pujaannya di ujung sana,
    Jiwamu adalah tempat aku berkemah.

    ~Rey Seniman Langit 


    SAHABAT MAYA

  • Suara Nurani
  • Labels: , ,

  • 01/

    ~Maharku Tak Cukup~

    Bala menjamah tak sempatku tolak
    Namun ku cermati durga ini
    Jejak kakiku terkunci gulita
    Padahalku tak lahap ataupun rakus

    Mengapa ?
    Penyumbat celah papanku kuat
    tak goyah dan enyah!

    suara nurani ini
    Cahaya sudah ku peluk erat
    Nestafa sudah ku kunci hebat
    Hatipun terlapisi dingding nikmat

    Namun
    Dunia ini kejam
    Tak seindah wicaksana pancang hati
    Ku gagap menghadapi renta
    Dan sayang
    Maharku tak cukup.

    Karya: REY SENIMAN LANGIT

    02/

    ~MAHATMAKU SIRNA~

    Adakah jarik mencerminkan lembar halaman
    Sedangkan aku !
    Bersujud tanpa permintaan
    Hanya menghadap keridhoanMu Sang Maha Indah

    Wahai sang penuntun satu tharik
    Tiada yang berliku distiap cekungan dunia
    Tiada yang berwujud hitam disaat persimpangan persandingan terang
    Aku mengetahui dengan sadar disetiap palung-palungNya.

    Ku hindari dunia menjauh
    Ku dekati dunia mendekat
    Mengapa keadaan ini berbalik
    Dera mencabik keadaan jasadku.

    Aku maglub ya robby
    Mahatmaku sirna,
    Hanya kain usang yang terpakai
    Labirin bicara semesra cahaya

    karya: REY SENIMAN LANGIT


    03/
    ~Ranting Yang Patah~

    Satu elusan lembut
    Tak bisa meredakan suara perut yang bergemuruh
    Akankah aku sanggup !
    Jika aku lapar berharap rajatela tak menghukumku.

    Aku tak sanggup dalam lidahnya
    Karena aku lelaki biasa
    Tanpa pedang dipunggungku
    Akankah dia tega.?

    Mengapa madu tak semanis hakikatnya.
    Mengapa madu tak semanis tharikatnya.

    Wahai pujanggi
    Mahfulku...
    Tiada yang lebih dipribadiku
    Aku hanya punya hati
    Kuinginkan kencana satu bahu yang kokoh.
    Tak sempit bagai fikir yang picik
    Sudahlah
    Fitrah bumbu diatas tanah
    Memang sesah terpancang hakikat
    Kadang pincang !
    Kadang plinplan!
    Anggaplah perintis tirai
    Ku kulum seokmu,
    Demi ranting yang terpatah.

    ~REY SENIMAN LANGIT~

    Selamat Ulang Tahun Yaa Rasullullah Nabi Muhammad S.A.W


    ~Selamat Ulang Tahun Yaa Rasullullah Nabi Muhammad S.A.W~

    Bismillahhirrohmannirrohim,
    Assallammua’laikum wr.wb.

    ~Puisi untukmu Kekasih~
    oleh.Rey Seniman Langit

    Zaman Silih Berganti,
    Waktu Berputar mengikuti Arus Gelombang hari,
    Anugrah terbesar dimuka Bumi adalah Lahir mu Kekasih,
    Yaa Rasulullah s.a.w,
    sejahtera dengan adamu,
    Terlimpah cinta Rahmatan lil a'lamin,
    Tertulis jutaan Ilmu yang engkau Beri,
    menjadi sebab terbesar karena adamu.
    Kekasih,
    Nur cinta yang tertebar,
    Senantiasa menjadi pandangan cahaya kasih dan sayang,
    menjadi nikmat terselami,
    menjadi penerap keimanan cinta sejati,

    Kekasih,
    Nur Cinta yang memburai,
    menjadi satu Bintang dilangit biru,
    menjadi sejarah kecintaanmu pada kami,
    meninggalkan perkakas cinta tentang risalah,
    Badar, Hunain, Khandaq, Terbukanya makkah, Hijrah,
    Menepi di Madinah.
    Menjadi  perjuanganmu yang sangat Gigih,
    Dengan kekuatan segala senyuman di hatimu.


    Kekasih,
    Kurayakan bersama gembiraku,
    Tentang Cinta perjalananmu.
    Anugrahku,
    Engkau adalah kerinduan yang tak lekang oleh waktu
    Untukmu Yaa Rasullullah S.A.W.
    Selamat Kesejahteraan Hari Lahirmu.

    ~PangeranCintaEnterprise~2012
    (Rey Seniman Langit)

    ADIK-KU

  • Suara Nurani
  • Labels: , ,

  • JUDUL PUISI = ADIKKU
    TEMA = KASIH SAYANG
    Oleh = Rey Seniman Langit

    ~ADIKKU~

    Pernah kita kolaborasi tawa,
    Hingga teruntai bait kata nan indah,
    Pernah kita kolaborasi rindu,
    Hingga tercipta sedu sedan luruh.

    Untukmu yang telah menyempatkan tawa,
    dan mengguratnya menjadi bingkisan indah.
    Untukmu yang telah menyempatkan cinta,
    dan melukisnya terukir dalam hati.

    Pernah kita Kolaborasi kata,
    menjadi jepitan selajur asa,
    Pernah kita Kolaborasi rasa,
    menjadi kenangan indah abadi.

    Selamat jalan Nuasa-ku
    Natasyaku,
    yang selalu ada hadirmu untukku.

    Doa'ku selalu dalam nisan tak bertepi,
    yang tak pernah berujung,
    sampai nanti kita bertemu,
    Damailah dalam peluk kasihNya adikku.
    ;Aku sayang selalu kepadamu.

    Rey Seniman Langit

    SERIBU SATU KOTA



    ~Seribu Satu Kota~

    Kijang emas ditengah kota
    bakul logam tunggul kawung
    seribu satu kota unik
    terdapat kebun nan rimbun

    Hilang sebuah legenda
    Prasasti batu tinggal cerita
    Kota Hujan kota subur
    balada dulu hanya dikenang

    Deklamasi tercuat Alami,
    parakan panjang gigih berjalan.
    titisan drama berkembang,
    Bantar jati setegar karang.

    Duka cerita,
    menilam sempur sang panaragan.
    Berenang siang seri cerita,
    Pakuan alam sang ibu kota.

    Bogor merimbun embun tiada akhir,
    Fantasi nan nyata cuplikan indah lakon daerah.
    Bogor merinai hujan tiada akhir,
    menyuburkan gembur tanah nan damai.

    Bogor seribu satu kota
    Irama Prosa nan paling harum.
    Bogor seribu satu kota
    Buah Karya para pejuang.

    Bogor tanah pasundan penyejuk jiwa
    sejukan hati nafas berhembus.
    Bogor Seribu satu kota,
    Terdamai tak lekang oleh waktu.
    Bogor Seribu satu Kota Tertentram,
    seindah kujang tugu berpancang.

    Teratai berpeluk,
    lukisan kisah siloka cinta.
    expedisi ini samida sejati,
    Jati putih lukisan warna.
    Bersih, Nyaman, Sejuk, indah, Tentram.
    Bogor kota Beriman,
    Seribu Satu Kota Peneduh jiwa.


    ~Rey Seniman Langit~
    Bogor, 23 April 2012 Citereup Kedung halang.

    Jerit Anak Negeri


    Jerit Anak Negeri
    Karya: Rey Seniman Langit


        Pospor cinta menggugah poso memaket bunga sebuah wayang tertunjuk potehi. Tentu ! bertahun-tahun sudah menemani hari yang kian berponi, mengandamnya dengan rapi, meriasnya semewah rangkaian bunga-bunga ditaman. Ketap-ketip sebuah film berselaput negative tercuci cerita bioskop nyata tangisan kemiskinan, tergambar semat pinda pinggal ajaib. Citanya halus, namun sebeberapa mulus terfikir akal dan budi membuat sikap semakin acak merangkai cerna, sebagai lambang suatu bingkisan, terlihat berlomba dibelakang layar. 


    Pepatah petitih sebagai petinggi hingga gunung itu terbalik. 
    Tak murni lagi ! 
    Jerit Anak negeri, 
    ketika sesah mencari dahan, ketika sesah mencari tempat berlindung apalagi tempat berteduh sebagai sandingan batu loncatan satu kebahagiaan yang dicita-citakan.

    "Rey, terkuncir siang ini dengan peluh rasa yang jauh berbeda, semakin hari-semakin melow !." Ungkap nya setelah pulang dari masjid.


       Ceritaku terbentang angin surga yang telah merapat selalu ke-elokannya, telah kulihat beberapa ajudan bumi, yang terjelma, rakyat miskin sebagai musafir peminta-minta, dan aku sempatkan bertanya pada salah satunya.


    "Hellow !." lambaiku pada seorang gadis kecil"Adik, ngapain disini, kok tidak sekolah ! apa sudah pulang kah ?."  Tanyaku sembari duduk disebelah pondasi tempat ia duduk di pinggir rumah.

    "Tidak kak ! aku tidak sekolah, karena aku harus cari uang !." Jawabnya     

    "Aih, kok masih kecil gini dik, betapa tega orang tuamu menyuruhmu mencari uang." Balasku kembali bertanya pada sosok paras yang kusam.   
        
    "Sekarang adik tinggal dimana, dan kenapa sampai nyasar ke sini,apa rumahmu dekat sekitar sini.!"     
    "Benar kak, tepatnya dikampung sebelah, aku tinggal sebatang kara kak, tiada orang tua, ataupun sanak saudara. Dulu aku masih sempat ditimang nenek, namun ia sudah meninggal saat ini, tiada lagi tempat sandingku, dan hanya ini perjuanganku."  Rangkumnya, yang sempat mengharukan biru, dibawah kelopak mataku berkedip.     

    "Aih,,,adik sudah makan belum ? , kakak antar pulang kerumah ya, sapa tau nanti esok-esok hari, kakak tengok adik      sedang apa, dan mampir cicipi secangkir kopi buatan-mu sayang !."  Tawarku bermaksud untuk berbaik hati.    

    "Belum kak, adik udah satu hari belum makan, biasanya sudah     dikasih oleh tetangga aku disebelah, namun beliau sedang pergi keluar kota." Jawabnya , sosok manja yang seharusnya     masih menikmati kasih sayang ibu bapaknya.    

    "Yaa Allah, ya sudah dik, mari ikut kk ya, kebetulan kk mau ma'em mie ayam, enak bener disana, ada baso juga, atau nasi      padang tuk sayang !!!."  Ajakku ,  lalu menggendongnya di belakang punggungku, sambil nikmat membuatnya tertawa. 


    "Ketuuplak ketuplak ketuplak,,,hayyaaaaa !." Jelmaan gaya suara sepatu kuda, yang kupersembahkan untuknya.        

    "Hahahahahahaha, kakak lucu !" Ungkapnya ,sambil tertawa terbahak-bahak. Tak lama kemudian, kami berdua menuju tempat yang membuatnya senang, dan akupun kenyang.          
    “Yummyyyyyyy.” Bahagia kami, dalam canda yang jarang dinikmati oleh si gadis kecil yang miskin.   
      
            Tak lama kemudian kami berjalan kearah pasar, dan di sana terlihat sepi, karena di bulan Suci Ramadhan ini, harga sembako-pun naik luar biasa. Sekitar 30% kenaikan harga sudah mulai terasa, apalagi nanti satu minggu menjelang lebaran. Tak menutup kemungkinan bias sampai 7 kali lipat dari harga yang normal. Entahlah apakah ini permainan dagang, atau permainan petinggi yang memeras rakyat kecil hingga dari harga dasar di ataspun sudah tertimang mahal sebelum sampai ke anak negeri[masyarakat biasa], terlihat suasana didalam pasar yang semakin hari semakin membuat kami menjerit. Salah satunya aku yang bergaji pas-pasan.



    “Misi mas, beli cabe campur dua ribu aja !” Tanyaku , lalu mengambil uang di kantongku.   

    “Wah mas sudah tak bisa sekarang.” Jawab sang penjual, lalu menjelaskan kalau harga sudah naik.      

    ”Sekarang lima ribu mas minimalnya! Itupun hanya sedikit. Tak cukup untuk membuat bumbu !” Urainya yang mengartikan harga cabe sekarang.      

    “Hah ,yang benar mas ! masih satu minggu puasa, sudah naik sebanyak ini!” Aku pun menjerit karena kupikir dengan harga lima ribu, bisa membeli bahan bumbu yang lain. 


    “Ya ampun, aku tersiksa.!” Suara jerit sang ibu di sebelahku.

    “Kok mahal banget sih ! heran , bukan-nya tambah murah malah tambah mahal, gimana saya mau mudik ini, ongkospun pasti mahal ! berkali-kali lipat buat ter-antar sampai ke kampung halaman.” Jerit Seorang Ibu yang kukira dia mengeluh atas melonjaknya harga di bulan Suci Ramadhan.

          Akupun hanya mengukir tengah, 
    bersudut adu setengah usul, 
    saat berandanya terbuka, Disitulah tenggala baik, mengusir penat bayang kita.

    Tingkrak tirakat, saat kaki terlipat lama mengetuk bunyi, 
    memilih warnanya. 
    Atau suara murni dari saff hati yang tercuat belanga. 
    Waktu yang begitu lama sekalipun tulang belulang tak akan siap lagi menerima raga. 



    Serpihan kasih-Nya tetesan murni tirai waktu yang menundukkan wajah.


    Asa Dhuha tertimpa jelang, 
    jitu tindakan ucap bisikan pasirnya tertuang,
    sepaut selisih pandang,terpatut renungan saat menimbang.
    ;telah banyak tangga menuju langit-Nya


        Dan baiklah ! akupun hendak, menumbuk padi yang masih gabah, lalu menanaknya dengan nikmat serta kasih-Nya. Walau Anak Negeri, seharusnya tak sederita ini menimang pahitnya. Dan tapi!, adalah Angin yang membuatnya meregut tanya, atas kilau-kilau yang sesaat mampir di bibir bumi. Tak bisa dibilang apa ? Difikirnya, zaman itu kelambu singgah perjalanan kaki, suara hati Anak negeri yang terlalu mengalah dengan Zamannya.

          Sepertinya, 
    hanyalah rerimbunan yang tak cukup menampung embun. 
    sepertinya, 
    hanyalah talang-talang kayu tak mampu menampungnya hari. 
    tersadar akan lembabnya bingung, 
    menggerogoti kelapukan dahan kuat yang semakin lemah. 

    “Entahlah jika Negeri kalah, Jerit Anak Negeri akan semakin lama merintih !.”





    Demo Anak Negeri


    Arti Kemerdekaan             



    Demo Anak Negeri
    -          Rey Seniman Langit

    Daun-daun terserak serak mengerak
    Terhembus gumpalan angin merucut hitam
    Melumat hancur setiap rongga tunas ranting pucuk lembarnya
    Terhempas binasa tak berdaya

    Tersisa raut lamun ketika senja
    Tentang elegi sumpah bertahta sekuntum seroja
    Yang kini musnah terbakar membara
    Menyisakan abu layu tak bermahkota

    Seketika daun retina mengatup lemah
    Tak kuasa terbendung butir-butir air senja.
    kini malam terdalam dibilik rencana
    seumpama sahibul hikayat
    terguncangnya sebuah bumi
    memporak-porandakan ribuan serangga bertebaran

    Air telah marah, atau tanah yang akan membelah,
    berbenturnya pancang yang kokoh,
    hampir membuat tangis jiwa dan raga.

    Oh Tuhan,
    Demo Anak Negeri,
    mengapa persis suatu gelisah,
    merobak dan hampir merabik,
    tentang dosa istambul hati.

    akankah tsunami kemballi terundang,
    berundag tinggi melibas suatu negeri.

    Oh Tuhan,
    Demo Anak Negeri,
    mengapa persis goyah samudra,
    mencabak dan hampir mencabik,
    tentang juta air menangis.

    Agustus 2012

                                     

    SENJA BER-ARAK PULANG

  • Thursday, August 16, 2012
  • Suara Nurani
  • Labels:

  • Tiada tanya yang harus terungkap,
    Tiada juapun tanya yang harus terdengar.

    Dia adalah kehangatan,
    Sebagai ujung perapian didalam hatinya.
    Cinta,
    Sepanjang cakra mencakar malam,
    Bercerita tentang kisahnya bulan,
    Menyendu tatkala bujuk pergi berlari keujung kelambu,
    Menyedih tatkala bujuk pergi berlari kebelakang raganya.

    Dibalik masa dimana toufan selalu bercerita lembut,
    Sebelum melibasku,
    dia membuka pusaran...
    Menebarkan kemilau putaran yang mengasyikan,,,
    akupun terbuai,,,
    dikesekian kalinya,
    tentang perih yang teralami.

    Taufan itu,,,kembali mengajakku,
    untuk bermain diatas gelombang,
    aku berhasil memboyongnya tuk tersenyum,
    agar dia tak melambungkan TSUNAMI diatas daratan yang luas.




    AKU DAN PUISI 
    sebagai saksi menatap perihku.

    Tatkala,
    Semua nikmat terpilih dan tersampai lewat rahmat dan rahimnya,
    untukku.
    Tiada yang musti kupungkiri distiap hembusan kasih sayangnya,

    Semuanya,
    Kudekap bersama senyumku,walau itu segumpal awan yg begitu pekat untukku.

    Semuanya,
    Kurangkul dengan kelapangan hati,
    Satupun tidak terlewat untuk kunikmati,karena aku adalah sebongkah senja yg slalu berusaha untuk menyukurinya.

    Ketidakmampuanku,
    hanyalah memilih apa yang kutemukan dari yang baik untuk yang terbaik.

    Senja berarak pulang,
    Menanti esok mengindahkan bumi.

    Tuhan,mencinta'i jiwa ini,,,
    dia pandai membisikan satu hikmah dari rencanaku,
    ketika rencana bukan milikku,
    Tuhanpun pandai memperlihatkan satu hikmah dari inginku,
    ketika ingin bukan jua milikku,
    dan Tuhan pun pandai membahagiakanku,
    ketika cita bukan jua milikku.
    Tuhan pun pandai menceriakanku,
    ketika impi bukan jua milikku.

    Dan semua itu digantikannya dengan kenyataan.

    Saat senja ku tatap lagi,
    gumintang senyap,
    aku berbaring,,,
    masih kosong kutatap jeli,

    angin tukus terundang lagi,
    sekilas tulis melirik,
    sepucuk do'a daun kudengar,
    dia berujar,
    aku masih sayang.

    LALU AKU DAN PUISI,
    MASIH MENGGURAT TENTANG NAMAMU,
    TENTANG KITA,
    TENTANG CINTA DI BALIK EMBUN. 
    ~PangeranCinta~27 NOVEMBER 2011
    oleh.Rey Seniman Langit
    https://www.facebook.com/reysenimanlangit

    Selamat Datang Sahabat Hati.

    Entri Populer

    4shared