kau msh sama spt yg kuraba
berhamburan diangkasa
kadang jatuh ditaman menyerupai kumbang liar
...kadang jatuh dijemuran menyentuh basah kain diterpa bayu kehidupan
...kadang hinggap bertaut dipasir membentuk stupa nyawa
yaa...Berbineka..
Tapi kemurnian itu tampak nyata
ku hanya bersimpul jenaka,
menjadi mardi siwi
pandangi guru bernyanyi.
rabalah sesuka hatimu
...namun,jangan kau taruh tentang hitamku
angkasa megah dalam hatimu
kujemurkan putih tiada pun basah
stupa wajahku kian menyirna
Dan ku.....................................
tak mampu lagi untuk menyentuhmu
ku hanya...pongah dikesiangan hari
menanti sangkerta tertulis indahnya
memardi lirih siwikan tawamu
membingkai murni kesaksian sejati
padang harapan entah dimana
sesaat malam kuslalu ratapi
hanya gersang yg tak kupinta
menyimpulkan diri dari Prasasti
Gundukan terjal terlampir
sungsang menyetir alir janin
hitam putih pun masih jadi bayangan
jika ketuban waktu tak lagi pecah
mungkin bayi sengketa tak memudarkan keriput raga
...namun
seketika nyawa prahara membucahkan dilema
hingga prematurlah rasa
belum genap masa tuk menyantap dunia nyata
tlah terlahir dg paksa sebuah tanya
lalu cahaya inkubator merengkuh kulit ruhku
menghidupkan setitik nyawa diharapan
meski kini jadi candu
lupa bahwa ada waktunya cahaya itu pergi
tinggalkan relungku tuk siap mandiri
menyetir nadi
lalu ku tengok ketubanku dulu
andai ia tak terkelupas lapisnya
mungkin wujudku lbh sempurna
tanpa tergantung pada cahaya
masihkah kubisa menyapanya?
kerap janin yang terlahir
mengukungkan sungsang langkahku
ketuban pecah dalam pinangan
keriputi raga di sengketa prahara
dilema kisah terbingkai slalu
...menyantap satu derita maya
satu titik bulan terjatuh
embanan lembut kuis sang hati
memaksa satu gurindam lalu
candu memahat saling mematri
jika cahaa hanya menyakitimu
usir lah ia dari relungmu
karena mungkin hitam yg menjelma putih
dalam ada ku melapisi jiwamu
gantunglah aku dalam redup gulita waktu
tanpa sapa,walau candu merogohku
mungkin bisa kelupaskan angin lalu
Higga ku genap tanpa ganjil mengintari
Engkau selalu bisa menyapanya
kapanpun kau mau...
namun adakah ia layak dalam wujudnya
Ketika satu hitam tetap mengiringinya
Tak teringkari dilema hati menyayat sunyi
menikam bak duri mencabik asa dalam sanubari
ku masih terkungkung
merenung
...apa salah diri hingga cahaya berbelok mengingkari
mungkin ku masih buta
mengeja makna hidup yg belum tertangkup
jika kulepas ia
sesalku bak didera
tak kuasa menahan terang kasihnya
namun jika terus kukitari
duri dan belati bak menyayat
menahan perih pada pecahnya warna
ah,mungkin kuhanya bagian yg terlupa
biarkan waktu terus membungkamku
menutupi imaji maya
beruntung hadirmu selalu menghibur lara
jika masih bisa ku sapa
ku ingin mengucap kata
makasih atas penawar pilu yg tertuang dibait aksara
salam panjang prasati cinta,nadir hidup sepanjang masa
Kolaborasi Puisi
Nurani Alam VS Prasasti Murni ( JANIN SUNGSANG )
tak mampu lagi untuk menyentuhmu
ku hanya...pongah dikesiangan hari
menanti sangkerta tertulis indahnya
memardi lirih siwikan tawamu
membingkai murni kesaksian sejati
padang harapan entah dimana
sesaat malam kuslalu ratapi
hanya gersang yg tak kupinta
menyimpulkan diri dari Prasasti
Gundukan terjal terlampir
sungsang menyetir alir janin
hitam putih pun masih jadi bayangan
jika ketuban waktu tak lagi pecah
mungkin bayi sengketa tak memudarkan keriput raga
...namun
seketika nyawa prahara membucahkan dilema
hingga prematurlah rasa
belum genap masa tuk menyantap dunia nyata
tlah terlahir dg paksa sebuah tanya
lalu cahaya inkubator merengkuh kulit ruhku
menghidupkan setitik nyawa diharapan
meski kini jadi candu
lupa bahwa ada waktunya cahaya itu pergi
tinggalkan relungku tuk siap mandiri
menyetir nadi
lalu ku tengok ketubanku dulu
andai ia tak terkelupas lapisnya
mungkin wujudku lbh sempurna
tanpa tergantung pada cahaya
masihkah kubisa menyapanya?
kerap janin yang terlahir
mengukungkan sungsang langkahku
ketuban pecah dalam pinangan
keriputi raga di sengketa prahara
dilema kisah terbingkai slalu
...menyantap satu derita maya
satu titik bulan terjatuh
embanan lembut kuis sang hati
memaksa satu gurindam lalu
candu memahat saling mematri
jika cahaa hanya menyakitimu
usir lah ia dari relungmu
karena mungkin hitam yg menjelma putih
dalam ada ku melapisi jiwamu
gantunglah aku dalam redup gulita waktu
tanpa sapa,walau candu merogohku
mungkin bisa kelupaskan angin lalu
Higga ku genap tanpa ganjil mengintari
Engkau selalu bisa menyapanya
kapanpun kau mau...
namun adakah ia layak dalam wujudnya
Ketika satu hitam tetap mengiringinya
Tak teringkari dilema hati menyayat sunyi
menikam bak duri mencabik asa dalam sanubari
ku masih terkungkung
merenung
...apa salah diri hingga cahaya berbelok mengingkari
mungkin ku masih buta
mengeja makna hidup yg belum tertangkup
jika kulepas ia
sesalku bak didera
tak kuasa menahan terang kasihnya
namun jika terus kukitari
duri dan belati bak menyayat
menahan perih pada pecahnya warna
ah,mungkin kuhanya bagian yg terlupa
biarkan waktu terus membungkamku
menutupi imaji maya
beruntung hadirmu selalu menghibur lara
jika masih bisa ku sapa
ku ingin mengucap kata
makasih atas penawar pilu yg tertuang dibait aksara
salam panjang prasati cinta,nadir hidup sepanjang masa
Kolaborasi Puisi
Nurani Alam VS Prasasti Murni ( JANIN SUNGSANG )