Wahai pujangga,
purna lah masa bertapa
kais cahaya sibak moksa
bila tiba ruh wicaksana
pancal durga renggut tolak bala
...menahut diri tatap lazuardi
pancangkan jejak kaki
menunduk resapi bumi,
hanya pada Sang MahaDaya membasuh raga tuk suci,
dan lembar jarik sujud kubentangkan disini
Munajatlah....(Sketsa Oase Senja) Wahai pujanggi,
Ku resapi lazuardi nan indah
Kuterpakut keadaan dunia
Fisikku melemah tiada cahaya
Kuterkurung terjbak pusaran
...Bala menjamah tak smpat ku tolak
Namun ku cermati durga ini
Jejak kakiku terkunci gulita
Padahal ku tak lahap ataupun rakus
Mengapa
Penyumbat celah papan ku kuat
tak goyah dan enyah
Dari suara nurani ini
Cahaya sudah ku peluk erat
Nestafa sudah ku kunci hebat
Hatipun terlapisi dingding nikmat
Namun
Dunia ini kejam
Tak seindah wicaksana pancang hati
Ku gagap menghadapi renta
Dan sayang
Maharku tak cukup
Adakah jarik mencerminkan lembar halaman
Sedangkan aku
Bersujud tanpa permintaan
Hanya menghadap keridhoannya sang maha indah
purna lah masa bertapa
kais cahaya sibak moksa
bila tiba ruh wicaksana
pancal durga renggut tolak bala
...menahut diri tatap lazuardi
pancangkan jejak kaki
menunduk resapi bumi,
hanya pada Sang MahaDaya membasuh raga tuk suci,
dan lembar jarik sujud kubentangkan disini
Munajatlah....
(Nurani)
Wahai sang perentas sabar,
titian liku menelikung
menghisap naluri dalam kungkung
cakrawala slalu indah tuk dipandang
jangan kalah pada panas surya,
...mengkerut jasad tak bersia,
ingat,
pedang tajam
dicipta dari pukul dan dera,
menabrak panas lidah api,
bukan karena elus lembut
buaian hasta,
cobalah belajar padanya.
(Sketsa Oase Senja)
Wahai sang penuntun satu tharikTiada Чªлб berliku distiap cekungan dunia
Tiada Чªлб berwujud hitam disaat persimpangan persandingan terang
Aku mengetahui dengan sadar disetiap palung palungnya...
Ku hindari dunia menjauh
...Ku dekati dunia mendekat
Mengapa keadaan ini berbalik
Dera mencabik keadaan jasadku
Karena
Satu elusan lembut
Tak bisa meredakan suara perut Чªлб bergemuruh
Akankah aku sanggup
Jika aku lemah
Mungkin aku sudah terbeli oleh satu persandingan bunga
Aku tak sanggup dlam lidahnya
Karena aku
Hanya lelaki biasa
Tanpa pedang di punggungku
(Nurani)
0 comments:
Post a Comment